Total Tayangan Halaman

Jumat, 28 Oktober 2011

CINTA INDONESIA


"Apa yang membuat kamu cinta Indonesia ketika bahkan yang kamu tahu cuma negatifnya Indonesia?"

Karya nyata! Itulah hal yang seringkali dilupakan oleh seseorang yang ingin menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang diperhitungkan dunia. Apakah karya selalu butuh upah, pamrih, dan ucapan terimakasih? Apakah motivasi dari melakukan karya tersebut adalah hanya untuk mendapatkan pengakuan? Jangan tanyakan apa yang negara lo bisa berikan untuk lo tapi tanyakan apa yang bisa udah berikan untuk negar lo. Jangan hanya bisa menuntut tanpa mau berbuat, jangan hanya mencaci kalau tak mampu bergerak dan bertindak! Apa yang bisa kita berikan untuk begara kita? Tanpa tindakan dan karya nyata, rasa lelah karena terlalu banyak omong sama sekali tidak terbayar. Karya adalah sesuatu yang bisa diterjemahkan sebagai usaha sungguh-sungguh seseorang dalam mencapai tujuannya. Jika mendengar kata karya, mungkin pikiran kita tertuju pada hal yang berat, besar, kerja keras ekstra dan keharusan membanting tulang tanpa peduli akan rasanya kelelahan. Memang, setiap reaksi butuh aksi, setiap karya butuh usaha, tapi Anda tidak boleh melupakan bahwa usaha sederhana juga mampu menghasilkan karya yang nyata dan luar biasa. Seringkali hal yang terlihat sederhana justru membawa dampak luar biasa bagi kehidupan seseorang.

Selain karya nyata, rakyat Indonesia juga butuh kesadaran akan rasa cinta terhadap negara tumpah darahnya sendiri. Ada beberapa penyebab yang mampu membuat seseorang tidak memiliki rasa nasionalisme, yaitu karena seseorang tak punya rasa memiliki Indonesia, tak punya rasa kepedulian terhadap Indonesia, dan tak punya rasa kesadaran tinggi pada negara yang harusnya ia cintai. Inilah hal yang menyedihkan jika sejak duduk di bangku sekolah dasar telah diajarkan Pendidikan Kewarganegaraan tapi hingga tumbuh dewasa dan harusnya menjadi penerus bangsa, ia tak punya rasa kesadaran untuk mencintai negaranya. Adanya nasionalisme berarti sangat terkait dengan adanya kesadaran. Kesadaran untuk mencintai negara.

Kesadaran selalu butuh pengetahuan, karena seseorang mengetahui hal yang baru maka dia punya kesadaran untuk mempercayai dan melakukannya. Begitu juga dengan nasionalisme, seseorang butuh tahu apa itu nasionalisme, seseorang butuh mengetahui jiwa nasionalisme yang menyangkut dengan negara tercintanya. Tak ada rasa cinta jika belum mengenal. Tak ada nasionalisme jika kita belum mengenal Indonesia.

Mengenal Indonesia adalah salah satu usaha menciptakan nasionalisme dalam hati masyarakat. Banyak media tersedia dengan segala fasilitasnya yang memudahkan seseorang mengakses informasi dengan berbagai cara, salah satunya media elektronik seperti televisi. Televisi menyuguhkan banyak sekali informasi yang memenuhi kebutuhan masyarakat akan kebutuhan informasi di lingkungannya. Tapi, kadangkala televisi kurang begitu akurat untuk menyediakan berita yang berdasarkan fakta dan realita, sehingga masyarakat haus akan berita yang aktual, tajam, dan mampu dipercaya. Televisi justru menyediakan berita-berita yang masih simpang siur yang cenderung merendahkan citra Indonesia dimata rakyatnya. Menyuguhkan berita korupsi, kebohongan publik, pengkhianatan pejabat tinggi, kebrutal mafia politik, dan bobroknya generasi penerus bangsa, karena hal yang negatif justru mengundang rating tinggi. Tapi, apakah seburuk itukah Indonesia? Jika Anda hanya mengenal Indonesia melalui televisi, yang anda tahu hanya keburukan-keburukan bersifat abtrak yang masih dipertanyakan fakta dan kebenarannya. Jika Anda mengenal Indonesia secara keseluruhan, Anda akan tahu bahwa Indonesia juga punya hal positif yang tidak dimiliki oleh negara-negara lainnya. Kita hanya berfokus pada kesalahan Indonesia sehingga lupa untuk menyadari kebaikan dan potensi Indonesia. Nasionalisme adalah kecintaan terhadap negara yang telah dikenali begitu baik. Tanpa adanya kemauan untuk mengenal negara yang harusnya dicintai, maka nasionalisme hanya menjadi konsep abstrak yang seakan-akan adalah bagian nostalgia kaum-kaum uzur yang telah termakan umur.

Jika dahulu nasionalisme merupakan refleksi terhadap semangat kemerdekaan dan persatuan, maka nasionalisme zaman sekarang perlu ditransformasikan pada tindakan-tindakan nyata yang kondusif bagi perwujudan keadilan sosial. Dengan demikian, nasionalisme bukan sekedar konsep dan idealisme abstrak, yang harus dimengerti elit pemimpin dan golongan terpelajar, tetapi juga dipahami dan dirasakan rakyat kecil dan golongan awam.

Y.B Mangunwijaya berpendapat bahwa sekarang tidak ada lagi istilah Indonesia Raya sebagai suatu konsep resmi. Generasi sekarang punya logika sendiri mengenai yang disebut nasionalisme. Nasionalisme merupakan sebuah paradigma terbuka yang memiliki peluang untuk selalu ditafsiri dan dimaknai kembali. Nasionalisme tidak akan hilang, seperti dikhawatirkan banyak orang. Namun, akan diperkata, dimaknai kembali, diperluas horisonnya, bertambah dimensinya, lebih luas horisonnya, dan lebih rumit dengan banyak variabel.

Nasionalisme bukan dirasakan hasilnya hari ini, melainkan untuk masa depan. Kita semua tidak akan melihat masa depan itu. Tetapi anak-anak kita yang akan melihatnya. Tugas kita adalah memastikan bahwa anak-anak kita memiliki sesuatu yang indah untuk dilihat di masa depan. NKRI HARGA MATI! SELAMAT HARI SUMPAH PEMUDA http://static.kaskus.us/images/smilies/sumbangan/15.gif

SUMPAH PEMUDA 28 Oktober 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar